Posting ini pertama kali diterbitkan di blog-nya Coach Lia. Baca yang original di sini.
Postingan-nya bakalan panjang. Jadi duduk manis di sofa dan siapin minuman favorit kamu supaya kamu merasa nyaman.
Hari ini, mari kita bicara tentang kelayakan untuk menghilangkan perasaan rendah diri.
Coach Lia dan Coach Anti udah sering banget membantu klien, yang pada tahap awal sebelum coaching selalu datang dan bilang bahwa perasaan rendah diri dan nggak berharga bikin mereka nggak bisa menjalani kehidupan yang paling mereka inginkan.
Penting untuk memahami akar dari perasaan nggak berharga, nggak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan sehingga kita dapat melepaskannya untuk selama-lamanya.
Jadi di sini, kita nggak akan ngajarin kamu cara “melapisi” harga diri rendah dengan afirmasi positif, berpikir positif, atau aktivitas memanjakan diri alias self care yang cuma bersifat sementara.
Jika kamu siap untuk menyingkirkan masalah jangka panjang akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri yang mempengaruhi kehidupan kamu sehari-hari, kamu lagi baca tulisan yang tepat.
Table of Contents
Akar penyebab kamu merasa tidak layak dan rendah diri.
Kamu mungkin pernah mendengar:
“Cintai dirimu sendiri dulu, jadi kamu tahu apa yang pantas kamu dapatkan.”
Nah, itu omong kosong.
Kepantasan atau kelayakan adalah istilah yang dibuat untuk mengontrol massa: kalau kamu mendapatkan kredit yang cukup, kamu akan mendapatkan hadiahnya.
Sejak hari pertama ketika kita mulai mengingat sesuatu, kita diajarkan bahwa hanya ada dua aja di dunia: hitam dan putih, benar dan salah, layak dan tidak layak, pantas dan tidak pantas, dan berhasil atau gagal. Kedua sisi ini menambahkan kredit ke dalam kategori layak atau tidak layak.
Coba kalau saat ini kamu beneran memeriksa konsep duality itu, kamu bakalan langsung sadar kalau itu hanya sebuah konsep khayalan yang dibikin-bikin.
Kamu mungkin juga pernah mendengar:
“Tidak ada yang akan mencintaimu sampai kamu mencintai dirimu sendiri.”
Yang itu juga omong kosong.
Kalau kamu menunggu untuk menjadi layak sebelum kamu bisa mencintai diri sendiri, sebelum kamu bahagia atau sebelum kamu punya hubungan romantis yang sempurna atau sebelum kamu sukses dalam pekerjaan atau karier atau bisnis bergaji tinggi atau apa pun, kamu akan menunggu lama.
Nggak percaya? Orang tua kamu akan terus mencintai kamu sekalipun kamu bersikap ngeselin dan nggak punya kerjaan atau belum nikah. Kepo mungkin. Tapi bukan berarti mereka nggak cinta sama kamu.
Kamu pun pasti punya pengalaman cinta tanpa syarat seperti itu.
Nah, balik lagi ke konsep kelayakan. Tahun demi tahun setelah kita percaya bahwa ada konsep yang disebut pantas atau kelayakan, melalui setiap ujian dan evaluasi, kita jadi punya rapor nilai. Kita diminta untuk membuktikan bahwa kita layak mendapatkan persetujuan, pengakuan, penghargaan, kekaguman, pemujaan, dan bahkan cinta.
Jika kita melakukan apa yang diperintahkan kepada kita dan kita cocok dengan dinamika suatu kelompok, kita menerima penghargaan, dan kebutuhan emosional kita pun terpenuhi.
Akibatnya, kamu secara keliru percaya bahwa kamu perlu “mendapatkan” nilai dengan cara memenuhi ekspektasi masyarakat ini. Kamu diprogram untuk membenarkan bahwa kamu harus memegang sertifikasi kelayakan untuk menjadi sukses, menghasilkan uang, dan mendapatkan pasangan hidup.
Namun, kalau apa yang kamu lakukan nggak sesuai standar, nggak ada pahala yang datang, membuat kamu merasa dihukum secara emosional oleh ketidaksetujuan, kekecewaan, dan penghakiman oleh mereka yang berwenang.
Kamu jatuh ke dalam perangkap kritik batin, rendah diri, rasa malu, merasa jadi korban, masalah pengabaian, yang semuanya mempengaruhi hubungan kamu dengan orang lain.
Yang ngeselin, hari demi hari, daftarnya makin panjang dan terus bertambah.
Kamu dinilai nggak layak dan penghakiman itu bikin kamu nggak bisa ke mana-mana dalam hidup.
Malahan, kamu jadi percaya kalau kamu membiarkan diri kamu terlihat, kamu bakalan ditolak. Kamu menghakimi diri sendiri dan terjebak dalam siklus yang bikin kamu males berusaha mengejar ambisi. Buat apa? Bagaimanapun juga, kita tidak layak, kan?
Kamu merasa terputus, terpisah, dan sendirian — bahkan saat dikelilingi oleh orang-orang di sekitar kamu.
Konsep kelayakan ini membuat kamu terus berada dalam kecemasan buat jaga-jaga supaya bisa selalu berharga!
BS alias omong kosong banget, kan!
Nah, kalau kamu siap untuk membuang gagasan kelayakan vs. ketidaklayakan, kamu berada di halaman yang benar.
Baca terus…
Apa itu Konsep Kelayakan?
Kelayakan sebenarnya adalah konsep intelektual yang dibuat untuk mengontrol kita dalam melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan.
Kita diukur berdasarkan parameter yang sangat spesifik untuk masa depan kita dan kesuksesan yang berkelanjutan di dunia: Saya harus menjadi orang yang baik. Saya harus menulis buku. Saya harus menjalankan bisnis saya sendiri. Saya harus mendapatkan gelar doktor. Saya harus tampak menarik. Saya harus menurunkan berat badan.
Hasilnya, kita jadi percaya bahwa kelangsungan hidup kita bergantung pada persetujuan dunia bahwa kita memang layak.
Jika kamu mengalami ini dan kamu sakit saat membaca ini, kita pengin kamu tahu: bukan salah kamu mengembangkan keyakinan macam begitu.
Ini adalah perilaku belajar yang kita ambil dari orang tua yang protektif, kakak, adik, atau sepupu yang skeptis, teman yang suka cemburu, kolega yang munafik, guru yang dibayar rendah, pacar yang narsis — siapa saja yang perlahan-lahan “meracuni” pikiran dengan gagasan bahwa kita nggak layak dan begitu juga mereka (itulah mengapa kita juga memberi label buat mereka). Karena saat kita masih kecil dan sangat muda, kita belum terlalu cerdas. Kami menyerap semua yang kita lihat, dengar, baca, dan perhatikan seperti spons.
Melalui media dan iklan, masyarakat kita dibangun di atas perasaan tidak layak ini. Permainan perbandingan alias comparison membuat kamu merasa kecil kecuali kalau kamu mengikuti semua tren terbaru.
Kita dihadapkan pada ekspektasi yang nggak realistis setiap hari, seperti kita harus sempurna sehingga semua orang menyukai kita atau orang harus setuju dengan kita sehingga kita merasa aman.
Nah, karena konsep kelayakan yang dibuat-buat ini, kita mengembangkan banyak penilaian diri dan keyakinan negatif tentang diri sendiri.
Tahu nggak kamu? Pikiran tuh nggak begitu pinter dalam memproses kenyataan dan cenderung lebih memperhatikan apa yang salah daripada yang benar — psikolog menyebutnya bias negatif. Makanya, ketika kita nggak berhasil mencapai tujuan, akhirnya kita merasa bersalah dan tidak berdaya.
Saat gagal, pikiran kamu cenderung memandang kamu sebagai orang yang kurang cerdas, kurang cakap, kurang ganteng, kurang cantik, kurang menawan, dan pada akhirnya, nggak layak dicintai seperti apa adanya.
Self talk alias pembicaraan diri yang negatif menjadi tertanam di dalam diri kita dan akhirnya menjadi rutin diputar di otak kayak rekaman kusut, seperti layaknya menyikat gigi sebelum tidur atau membuang sampah. Kita menjadi begitu terbiasa sehingga kita nggak menyadari kerusakan yang ditimbulkannya pada kepercayaan diri kita.
Nggak usah sedih. Kamu nggak sendiri. Kita semua udah pernah merasa seperti itu.
Untungnya, mencintai diri sendiri adalah bagian permanen yang melekat dalam diri kita masing-masing. Kita nggak dilahirkan dengan kecenderungan membenci diri sendiri.
Jadi itulah yang bakalan kita bicarakan lagi hari ini…
Kelayakan terkait langsung dengan cinta diri sendiri.
Daripada menghakimi diri sendiri dan menunggu dunia menilai kamu, cintai diri kamu sendiri, apakah kamu salah atau benar, apakah kamu baik atau buruk, apakah kamu gagal atau berhasil, apakah pacar kamu dinilai oke banget atau biasa aja, apakah kamu ngikutin standar yang ada atau benar-benar otentik.
Lebih baik lagi, cintai diri sendiri tanpa alasan sama sekali. Cintai diri sendiri tanpa pake “tapi…”
Lihat apa yang terjadi kalau kamu melakukan satu hal itu aja sepanjang hari.
Mencintai diri sendiri penting untuk mendapatkan kehidupan yang lebih memuaskan, untuk memahami bahwa kebahagiaan kamu datang dari dalam dan nggak bergantung pada apa pun di luar sana, dan nggak ada hubungannya dengan bentuk barter apa pun.
Tapi, tunggu dulu…, apa itu yang BUKAN cinta diri sendiri?
1. Yang jelas, cinta diri sendiri BUKAN membenci diri sendiri.
Kebanyakan dari kita mengalami lebih banyak kebencian diri daripada cinta diri sendiri. Ini dulu terjadi pada Coach Lia dan Coach Anti sepanjang waktu sebelum mereka ngerti healing. Sampai mereka menyadari:
Ketika kamu nggak menyukai diri sendiri, kamu menahan diri untuk mendapatkan yang kamu mau dan menghukum diri sendiri tanpa alasan sama sekali.
Mencintai diri sendiri akan membantu kamu merasa lebih baik tentang diri sendiri sekarang juga. Mencintai diri sendiri juga akan membantu kamu mencintai dan peduli pada orang lain.
Ini akan menyembuhkan penyebab nomor satu yang bikin hubungan dengan pasangan bermasalah.
2. Cinta diri sendiri TIDAK dicapai melalui afirmasi positif.
Apa yang kebanyakan orang sebut-sebut sebagai cinta diri sendiri hanyalah manipulasi: penegasan dan afirmasi positif, meletakkan Post-it kata-kata motivasi positif, dan menampilkan wajah tersenyum di cermin.
Iya, emang menyenangkan mendengar kata-kata motivasi untuk menunjukkan diri sendiri tentang cinta dan semangat. Tetapi mengucapkan kata-kata afirmasi cuma menempelkan lapisan tipis emosi positif di atas masalah kamu. Jika kamu mencoba mengubahnya dari tempat yang cuma sekadar manipulasi tanpa menyembuhkan akar pahitnya, maka tetap aja perasaan rendah diri akan tumbuh subur.
Beda dengan jika kamu mencintai semua kualitas kamu sebagaimana adanya, termasuk yang dibilang buruk. Kamu jadi sadar dan memiliki kekuatan untuk mengubahnya.
3. Cinta diri sendiri lebih dari sekadar memanjakan diri sendiri.
Mencintai diri sendiri juga bukan tentang mandi busa, pijat dengan lotion yang wangi, manikur pedikur, menyalakan lilin aromaterapi, dan mengaplikasikan masker mentimun. Cinta diri sendiri lebih dalam daripada hanya memanjakan diri sendiri.
Memang memelihara diri sendiri adalah salah satu bentuk cinta diri sendiri, tetapi selama kamu nggak melepaskan self talk alias pembicaraan negatif yang bersarang di kepala tentang diri sendiri, perasaan nyaman yang kamu dapatkan dari rutinitas perawatan diri hanya bersifat sementara.
Mencintai diri sendiri bukanlah tentang kepuasan instan. Ini bukan hedonisme dan bukan mengejar ketertarikan fisik atau emosional.
Sepasang sepatu baru atau makan sebatang cokelat utuh mungkin membuat kamu merasa senang, tetapi perasaan itu nggak bakalan bertahan lama dan malahan bisa merusak dalam jangka panjang.
4. Cinta diri NGGAK sama dengan narsisme.
Banyak orang yang keliru percaya bahwa cinta diri sendiri itu sama dengan narsisme atau memiliki ego yang besar. Bukan, lah!
Mencintai diri sendiri nggak berarti kamu berpikir bahwa kamu adalah orang yang paling cerdas, paling berbakat, terkaya, dan paling ganteng atau paling cantik di dunia.
Sebaliknya, saat kamu mencintai diri sendiri, kamu memiliki rasa welas asih untuk diri sendiri.
Kelayakan kamu tidak bersyarat.
Coach Lia dan Coach Anti selalu memulai program healing buat kamu dengan mengingatkan dan menjelaskan siapa kamu sebenarnya (petunjuk: kamu sudah utuh, lengkap, dan cukup seperti apa adanya — ini bukan dalam pengertian ego kamu, tetapi lebih ke Keberadaan kamu).
Dan semakin kamu membiarkan diri kamu merangkul kekuatan batin itu, semakin kamu memahami bahwa kamu bukanlah korban dari apa pun yang dikatakan oleh pikiran dan tubuh kepada kamu, dan kamu bukan korban dunia. Kamu punya kuasa atas diri sendiri.
Dengan pengertian itu, nggak ada yang bisa memberi kamu nilai dan nggak ada yang bisa mengambilnya. Artinya, sangatlah bijaksana untuk berhenti membuat kelayakan kamu bergantung pada apa pun atau siapa pun.
Dan dari perspektif itu, kelayakan nggak bisa dibuktikan atau disangkal karena kelayakan adalah inti tetap dari setiap makhluk. Bahkan jika kamu menghabiskan sisa hidup kamu dengan duduk di bawah pohon tanpa melakukan apa-apa, kamu tetap berharga. Nyatanya, ada banyak orang bijak yang tercerahkan yang cuma duduk di bawah pohon bayan tanpa melakukan apa pun selain mengalirkan kebijaksanaan suci dan membuat keajaiban.
Ketika kamu memahami itu, kamu berhenti melakukan pada diri sendiri apa yang menurut kamu dilakukan oleh dunia terhadap kamu. Hasilnya, dunia berhenti melakukannya juga. Dunia luar hanya dapat mencerminkan batin kamu.
Makanya, kalau kamu menyadari seseorang itu baik, maka orang itu selalu baik sama kamu, padahal orang lain bilang dia nyebelin, bikin kamu bertanya-tanya, “Tapi kok dia nggak pernah jahat sama gue?”
Pernah nggak mengalami hal itu? Itu karena dunia luar adalah cerminan dari inner kamu.
Menyembuhkan perasaan rendah diri dengan mengerti tentang konsep kelayakan dapat menjadi obat terbaik untuk begitu banyak masalah kehidupan, termasuk masalah kesehatan, hubungan, dan kelimpahan.
Misalnya, ada korelasi langsung antara mengetahui kelayakan kamu dan kesehatan kamu. Orang yang nggak merasa layak sering kali mengalami kebencian terhadap diri sendiri dan menyabotase diri sendiri sehingga mereka nggak tertarik untuk menjaga tubuh dan pikiran mereka. Nggak heran, kan, kalau mereka sakit-sakitan?
Ada hubungan langsung antara merasa layak dengan relationship kamu. Orang yang nggak ngerasa layak akan cari pasangan yang abusive buat menghukum dirinya sendiri.
Jadi nggak perlu menyalahkan dunia luar. Kamu sendiri yang cari gara-gara akibat percaya mentah-mentah sama konsep kelayakan yang dibikin untuk mengontrol massa.
Kamu memiliki kekuatan untuk mengubah apa pun dalam hidup kamu.
Saat kamu mengklaim kekuatan kamu, nggak peduli seberapa kuat sesuatu yang terlihat, nggak ada yang bisa memiliki kekuatan atas diri kamu. Kamu mengambil kembali kekuatan kamu dari segalanya.
Kamu membebaskan diri kamu dari penjara yang kamu buat sendiri dan kamu juga membebaskan semua orang yang pernah memiliki kekuatan untuk memberi kamu nilai kelayakan atau pernah mengambilnya.
Kamu melepaskan semua kekhawatiran, ketakutan, stres, dan bahkan depresi.
Kamu mengizinkan diri kamu menerima bimbingan batin yang kuat dan menjadi percaya diri dan bahagia.
Pilihan kamu terbuka secara eksponensial.
Kamu dapat melakukan apa pun yang kamu inginkan tanpa harus khawatir tentang apa yang dunia bilang. Kamu bebas untuk menjadi diri sendiri.
Kamu menjadi berdaya.
Hasilnya, kamu dapat secara sadar menciptakan kehidupan impian kamu. Termasuk punya pacar baru. Atau bikin pasangan kamu jadi lebih nice sehingga kalian punya hubungan yang loving dan harmonis.
Masih merasa rendah diri dan nggak layak punya hubungan romantis?
Yuk, ikutan kelas “Ngarep Cinta” bareng Coach Anti dan Coach Lia untuk menyembuhkan tendensi kamu yang suka merasa nggak layak dan punya harga diri rendah.
Kamu juga berhak bahagia dan berhenti ngarep cinta.
It’s time to heal your broken heart and attract true love.
Sekarang giliran kamu.
Apakah kamu merasa rendah diri dan nggak layak untuk dicintai sehingga cuma bisa ngarep si dia ngelirik kamu? Tuliskan di kolom komentar, ya.
Save this for later!
Apakah post in bermanfaat dan menginspirasi buat kamu? Simpan di board kamu di Pinterest. Dan bagikan di social media-mu. That way, you’ll always have this info on hand!
Leave a Reply