Apakah kamu termasuk golongan orang-orang yang senang menyenangkan hati orang yang kamu cintai?
Nggak ada yang bilang salah untuk membahagiakan pasangan supaya hubungan asmara jadi kayak pacaran masa-masa honeymoon terus. Tentu semua sah saja ketika kamu ikhlas melakukannya.
Lain cerita ketika sebenarnya hati kamu menolak dan kamu melakukannya dengan terpaksa hanya demi menyenangkan perasaan si dia aja.
Ujung-ujungnya kamu bete dan sakit hati, terus mulai mengeluh, “Kenapa, sih, harus selalu aku yang minta maaf? Kenapa harus selalu aku yang ngalah? Kenapa!?”
Tanpa sadar, kamu telah menjadi people pleaser dalam hubungan asmaramu.
Table of Contents
People pleaser tuh apa sih?
People pleaser adalah orang yang selalu merasa “nggak enakan” terhadap orang lain secara berlebihan. Biasanya, kamu jadi terlalu merendah dan selalu mengalah atas segala hal kepada semua orang. Disuruh ini-itu juga selalu mau, karena merasa nggak enak untuk menolak.
Sadar nggak kamu, ketika kamu selalu merendah, lama-lama orang di sekitarmu akan merasa kalau kamu memang “rendahan” dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan mereka.
Lebih parahnya, orang-orang nggak lagi peduli apakah kamu keberatan atau nggak, sementara kamunya menelan pil pahit sendiran. Akhirnya, kamu jadi kehilangan jati diri.
Dalam hubungan romantis, paling ngenes kalau kamu kehilangan diri sendiri akibat selalu berusaha menyenangkan pasangan. Padahal, pasangan kamu jatuh cinta dengan kamu yang sebenarnya, bukan kamu yang people pleaser. Dulunya pas PDKT, kan, tendensi people pleaser yang kamu lakukan belum terlalu jelas terlihat.
Akhirnya dia ninggalin kamu gara-gara dia pikir, kamu bukan yang dulu lagi.
Dan kamu mikirnya, “Tapi aku dari dulu begini….”
Ngarep lagi kan, akhirnya?
Nah, supaya makin jelas, ini dia 8 ciri-ciri people pleaser yang harus kamu kenali. Kalau sudah tahu dan menyadarinya, kamu bisa segera mengatasi dan menyembuhkannya supaya nggak keterusan ngarep cinta.
8 Ciri-Ciri Kamu People Pleaser Dalam Hubungan Asmara
1. Nggak mau menyakiti perasaan pasangan.
Kamu paling takut kalau menyakiti hati orang lain, apalagi si dia. Ketika merasa salah bicara sedikit, kamu gelisah seharian dan kepikiran sampai berhari-hari.
Hasilnya, sebisa mungkin kamu menjaga omongan dan jarang mengungkapkan pendapat daripada salah omong dan bikin si dia tersinggung. Kamu merasa nggak apa-apa kalau diri sendiri kecewa, asalkan pasangan kamu bahagia.
Untuk menyenangkan pasangan, kamu mengorbankan diri sendiri dan menempatkan kepentinganmu di nomor sekian ratus dari prioritasmu.
2. Keseringan minta maaf padahal nggak salah.
Kamu terbiasa meminta maaf padahal jelas-jelas dia yang salah. Hasilnya, dia nggak belajar dari kesalahan yang dia perbuat.
Stop mengucapkan “maaf” untuk hal-hal yang nggak perlu, apalagi kalau kamu nggak berbuat salah.
Stop menyenangkan pasangan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
Sekalipun sayang, nggak semestinya kamu memanjakan pasangan dengan cara yang toxic seperti ini.
3. Bilang “iya” padahal nggak setuju.
Kamu cenderung nggak berani mengemukakan bagaimana perasaan kamu karena kamu enggan terlibat konflik dan perdebatan. Kamu takut kalau dia sampai benci sama kamu. Kamu selalu pura-pura setuju dengan pendapat dia dan memendam ketidaksetujuan dan uneg-uneg jauh di dalam hati.
Karena ingin menyenangkan si dia, kamu jadi orang yang nggak jujur akan apa yang kamu rasakan. Padahal, saat menjalin hubungan, semua orang butuh kejujuran dan keterbukaan. Isi hati dan pikiranmu juga layak untuk didengar.
Tanya aja sama diri sendiri. Kalau dia tertutup dan bahkan suka berbohong, mau dibawa ke mana hubungan kalian nantinya?
Intinya, kalau sesuatu membuatmu nggak nyaman, jangan paksakan diri untuk melakukan hal yang nggak kamu suka.
4. Paling nggak bisa nolak permintaan pasangan.
Kamu paling susah menolak permintaan dari keluarga, teman, atau bahkan orang asing, apalagi pasangan, karena kamu takut dimusuhi. Kamu mau aja disuruh-suruh.
Tanpa kamu sadari, kamu jadi orang yang selalu diminta pertolongan dan yang paling pertama untuk disuruh. Orang lain selalu bilang kamu baik, nggak egois, dan selalu bisa diandalkan. Padahal, kamu sendiri sebenarnya menderita.
Kamu udah merasa overwhelmed karena kebanyakan menanggung pekerjaan, tapi tetap nggak bisa menolak permintaan si dia.
Nggak perlu terus-terusan mengorbankan diri kamu begitu. Katakan “tidak” bila orang lain, terutama pasangan, meminta melakukan sesuatu yang membuatmu nggak nyaman.
Ingat, sama sekali nggak dosa untuk sesekali menolak permintaan si dia atau nggak setuju terhadap sesuatu. Reaksi mereka bukan tanggung jawab kamu. Malahan, dia jadi lebih menghargai kamu karena kamu tahu apa yang kamu mau dan punya sikap.
5. Kamu nggak bisa mengungkapkan perasaan.
Mau bete, kesal, takut, capek, kamu nggak berani menunjukkannya. Kamu berusaha keras menyembunyikan perasaaanmu. Kamu cuma berani pasang senyum di depan si dia sehingga kamu identik dengan sosok yang ceria, bahagia, dan nggak pernah punya masalah.
Akhirnya, kamu merasa marah sama semua orang, tapi kamu nggak tahu kenapa.
Itulah yang terjadi akibat kamu keseringan memendam perasaan. Kamu merasa dimanfaatkan, tapi nggak berani bilang, berusaha menyangkalnya dengan dalil-dalil positif. Kamu nggak pernah mengutarakan ke yang bersangkutan saat kamu marah. Kamu hanya pasang poker face seperti semuanya baik-baik saja.
Jika sikap ini dilakukan terus menerus, maka kekesalanmu menumpuk dan akhirnya kamu merasa marah ke semua orang, bahkan ke orang-orang yang nggak berbuat salah.
6. Hidup berdasarkan pendapat pasangan.
Kamu selalu punya perasaan ragu-ragu dan nggak bisa mengambil keputusan. Kamu bingung sendiri ketika dihadapkan akan dua pilihan.
Menjawab “terserah” saat ditanya adalah favorit kamu untuk cari aman.
Karena kamu kesulitan mengungkapkan pendapat dan memutuskan sesuatu akibat takut salah dan nggak pengin disalahin, kamu nurut aja ketika dia memberi pendapat, padahal nggak sesuai hati nurani.
Ketika kamu menyerahkan semua keputusan kepada si dia, maka peran kamu sebagai pasangan akan redup, bahkan udah nggak jelas lagi. Padahal, hubungan adalah tentang dua orang yang memutuskan untuk bersama.
Lagipula, bila ini urusannya tentang kamu, harusnya diri kamu sendiri yang menentukan apa yang harus kamu lakukan. Nggak semua pendapat dia tentang dirimu benar. Pilih lagi mana yang benar dan layak untuk diterima, dan yang mana yang perlu ditinggalkan.
Nggak bakalan si dia jadi mengucilkanmu karena kamu punya pendapat sendiri. Kalau sampai iya, berarti fixed udah: dari dulu kamu cuma dimanfaatin.
7. Terpaksa mengubah kebiasaan hanya demi menyenangkan si dia.
Pasangan mengatur ini-itu tentang gaya dandan, cara berpakaian, cara bicara, cara bersikap, dan mengubah kebiasaanmu, dan kamu terpaksa mengiyakan agar dia tak kecewa. Sampai-sampai kamu yang tadinya merasa nyaman dengan dirimu apa adanya jadi mempertanyakan diri sendiri.
Ingat, nggak ada yang salah dari diri kamu. Kamu punya hak untuk tetap menjadi diri sendiri. Jangan sampai kehilangan jati diri hanya karena berniat menuruti perkataan pasangan sendiri.
8. Sibuk dengan pasangan sampai tak punya waktu untuk diri sendiri dan sahabat.
Sayang boleh, tapi jangan serahkan seluruh waktumu cuma demi pacar.
Kamu boleh kok menolak ketemuan dengan si dia atau menghabiskan waktu dengan pasangan apabila sebelumnya telah membuat janji dengan teman-temanmu dari jauh-jauh hari. Kamu juga sah-sah aja menggali potensi yang kamu miliki dan mengisi waktu senggang dengan hobi favorit kamu.
Hubungan asmara yang sehat adalah ketika masing-masing individu mampu memiliki waktu menyenangkan tanpa harus bersama pasangan. Tetap menjaga hubungan baik dengan sahabat dan diri sendiri hukumnya wajib.
Kalau kamu selalu mengorbankan kesenangan dan perasaanmu hanya supaya hubungan kalian adem ayem, lepas kebiasaan itu. Belajar untuk bicara dan ikuti kata hati supaya kalian bisa menyelesaikan urusan ini dengan baik.
Selama menjadi people pleaser, kamu nggak akan merasakan bahagia yang sesungguhnya.
Menjadi orang baik itu memang terpuji. Tapi kalau sampai berlebihan hingga merelakan segala hal dan mengesampingkan diri sendiri, hubungan kamu menjadi sudah nggak sehat lagi.
Baik hati dan people pleaser itu tidak sama. Karena baik hati juga harus dilakukan terhadap diri sendiri.
Kalau kamu udah siap untuk punya relationship yang sehat, jujur, rukun, selaras, dan bahagia seperti yang selama ini kamu mimpi-mimpikan, stop jadi people pleaser.
Kalau masih nggak enakan sama pasangan, yuk, ikutan kelas “Ngarep Cinta” bareng Coach Anti dan Coach Lia untuk menyembuhkan tendensi kamu sebagai people pleaser.
It’s time to heal your broken heart and attract true love.
Sekarang giliran kamu.
Adakah tanda-tanda people pleaser ini di dalam dirimu? Tuliskan di kolom komentar, ya.
Save this for later!
Apakah post in bermanfaat dan menginspirasi buat kamu? Simpan di board kamu di Pinterest. Dan bagikan di social media-mu. That way, you’ll always have this info on hand!
Leave a Reply