Apakah kamu menyadari kalau kamu suka bicara sendiri?
Pembicaraan kita dengan diri sendiri di dalam hati inilah yang kemudian kita kenal dengan nama self talk.
Sayangnya, nggak semua self talk bersifat konstruktif. Self talk negatif lebih sering muncul sehingga menyebabkan hidup jadi sulit betul.
Table of Contents
Apakah bicara sendiri itu = GILA?
Jawabannya, nggak. Semua orang bicara dengan dirinya sendiri.
Self talk yang kita lakukan mencerminkan kumpulan keyakinan bawah sadar kita. Keyakinan tentang diri kita sendiri, keyakinan tentang orang lain, dan keyakinan tentang bagaimana dunia bekerja.
Monolog batin ini memberi informasi dengan cara yang halus kepada pikiran, emosi, dan pilihan untuk menentukan sikap kita selanjutnya.
Studi menunjukkan bahwa bicara sendiri merupakan bagian penting dalam kesehatan mental, karena membuat kamu belajar lebih cepat, berpikir lebih efisien, dan mampu meningkatkan ingatan jangka panjang.
Kadang-kadang, kita bicara sendiri untuk menghibur diri sendiri.
Yang menjadi masalah adalah ketika pikiran bawah sadar mulai menyuntikkan pikiran, perasaan, ingatan, keyakinan, pertanyaan, dorongan, dan gagasan yang bukan-bukan, terutama ketika gebetan atau pasangan mulai menunjukkan tanda-tanda yang menurut kamu abnormal.
Self talk negatif inilah yang bikin kamu merasa tertekan, menyalahkan diri sendiri, dan menambah beban pikiran.
Mengidentifikasi jebakan self talk negatif
Skenario tertentu memang dapat meningkatkan keraguan diri kamu dan mengarah pada self talk yang lebih negatif.
Akibat ngarep cinta, saat kamu dikecewakan seseorang, muncullah self talk yang destruktif. Self talk ini mewakili keyakinan-keyakinan yang tidak memberdayakan hidup kamu.
Bukannya bicara sendiri secara konstruktif seperti, “Hikmah dan pelajaran apa yang aku dapatkan dari kejadian ini?”, kamu malahan berpikir, “Jangan-jangan dia memang brengsek?”
Inilah contoh self talk negatif yang nggak memberdayakan.
Self talk yang sering ribet dan berisik banget di kepala lebih banyak bikin pusingnya. Kamu jadi mempertanyakan tentang kelayakan diri sendiri dan hubungan kamu dengan dia. Akhirnya, kamu jadi overthinking dan menyakiti diri sendiri.
Secara alamiah, self talk yang negatif tidak dapat kita hilangkan. Namun kabar baiknya, kamu bisa belajar bagaimana mengelola self talk negatif dengan cara mengenalinya sehingga kamu bisa menyadari bahwa itu hanyalah keyakinan yang muncul dari trauma masa lalu, dan bukan fakta.
Supaya self talk negatif tidak lagi mengganggu, kenali dulu 11 tipe self talk negatif yang menghasilkan kata-kata ngarep yang bersarang di kepala, dan bikin kamu jadi kasihan terhadap diri sendiri.
11 tipe self talk negatif tentang si dia yang bikin kamu jadi kasihan terhadap diri sendiri
1. Personalisasi
Personalisasi pada dasarnya adalah saat “Bukan kamu, tapi aku” menjadi mantramu. Jika sesuatu yang buruk terjadi, kamu otomatis menyalahkan diri sendiri.
Contoh self talk negatif:
Jika kamu mengirim SMS ke si dia dan dia membutuhkan waktu lebih lama untuk membalas daripada biasanya, kamu mulai berpikir, “Apa dia marah, ya? Atau jangan-jangan punya gebetan baru? Nggak papa deh, aku udah biasa dicuekin gini… Ya udah, ikhlasin aja deh… Lagian, dari dulu aku memang nggak beruntung…. Aku mah apa atuh…”
2. Pembesaran
Pembesaran adalah ketika kamu selalu fokus sama hal yang negatif.
Contoh self talk negatif:
Ketika kamu kencan dengan si dia, kamu lupa apa camilan favoritnya. Kamu langsung mikir, “Aduh, kenapa sih…. Sekarang pasti dia mikirnya aku nggak tertarik dan nggak peduli sama dia…”
3. Penyesatan
Kamu secara otomatis mengantisipasi yang terburuk. Kamu paling suka berandai-andai dan berekspektasi dengan kalimat favorit, “Tapi…, gimana kalau…”
Contoh self talk negatif:
Gebetan kamu suka berangkat ke kantor dengan tetangganya yang keren. Kamu langsung berasumsi dan bikin skenario terburuk sambil merasa khawatir, “Gimana kalau mereka tuh sebenernya saling suka dari dulu? Gimana kalau aku tuh nggak cukup buat dia? Gimana kalau akhirnya dia milih orang lain…”
4. Polarisasi
Dengan polarisasi, kamu hanya bisa melihat dua hal: baik atau buruk. Nggak ada jalan tengah. Kalau nggak sempurna, ya berarti gagal.
Contoh self talk negatif:
Kamu masih dalam tahap PDKT sama dia, tapi kamu udah sering ngebatin, “Ini hubungan nyata nggak sih? Kenapa sih aku selalu gagal dalam relationship…”
5. Membaca Pikiran
Kamu berasumsi bahwa kamu memahami apa yang dipikirkan oleh si dia tanpa bukti nyata. Kamu ngebayangin apa yang ada di benak dia, tapi semuanya dilakukan dengan cara yang bias dan nggak akurat. Ini yang kita sebut kegagalan imajinasi!
Contoh self talk negatif:
Kamu lagi cerita dan si dia sibuk dengan ponselnya sepanjang waktu. Kamu pun langsung berasumsi, “Dia pasti bosen banget. Harusnya tadi aku nggak cerita tentang hal ini… Ya udah lah, aku nggak mau ganggu dan bikin dia tambah pusing dengan cerita yang nggak menarik…”
6. Generalisasi Berlebihan
Generalisasi berlebihan adalah kebiasaan bicara sendiri bahwa peristiwa negatif pasti akan terus terjadi di masa depan. Ketika kamu menggeneralisasi secara berlebihan, kita membuat prediksi tentang masa depan berdasarkan potongan bukti yang nggak akurat.
Contoh self talk negatif:
Pasangan kamu nggak langsung menyapa saat pulang kerja, dan kamu langsung ngebatin, “Udah biasa. Emang dia selalu bad mood begitu. Mau janji kayak gimana juga, dia nggak bakalan berubah.”
7. Minimalisasi
Kamu mengecilkan diri dan merasa rendah diri, bahkan seolah lupa akan kekuatan dan kualitas positif kamu.
Contoh self talk negatif:
Si dia memuji kalau kamu cantik, eh, kamu malahan ngebatin, “Ah, itu, kan karena aku baru cuci rambut tadi pagi. Jadi rambut aku kelihatan agak bagusan…”
8. Penalaran Emosional
Kamu kebiasaan bikin keputusan berdasarkan dari apa yang kamu rasakan, bukan yang kamu hargai. Kamu nggak pengin ngerasa nggak nyaman sehingga sering menunda-nunda sesuatu.
Contoh self talk negatif:
Perilaku si dia makin lama makin nggak bisa ditoleransi, tapi kamu malahan bilang ke diri sendiri, “Dia nyakitin terus, tapi aku maklumin aja deh. Kan, dia udah janji untuk berubah. Lagian, udah sukur aku punya pasangan. Orang lain malahan jomblo…”
9. Meramal
Kamu punya kebiasaan mental untuk meramalkan apa yang akan terjadi cuma berdasarkan sedikit data atau tanpa bukti nyata. Yang paling sedih, kamu percaya sama skenario terburuk itu.
Contoh self talk negatif:
Setelah selesai kencan kilat, kamu bilang ke diri sendiri, “Kayaknya nggak mungkin deh dia akan menelepon aku lagi…”
10. Pelabelan
Kamu menggambarkan diri sendiri dan orang lain dengan satu cara ekstrem, dan biasanya secara negatif. Padahal perasaan kita, dan juga orang lain, sangat kompleks dan selalu berubah sehingga pelabelan merupakan bentuk penyederhanaan yang nggak akurat.
Contoh self talk negatif:
Setelah bertengkar dengan pasangan, kamu berkata pada diri sendiri, “Dia brengsek.”
11. Pernyataan Harusnya
Ini jenis pembicaraan diri sendiri yang mencoba untuk memotivasi diri sendiri dengan selalu menentukan apa yang harus dan nggak boleh kita lakukan. Masalahnya, sebagian besar keputusan hidup nggak bisa dilakukan dengan data yang ambigu dan sepotong-sepotong. Akhirnya, kamu membuat ekspektasi palsu yang bikin kamu frustrasi, cemas, dan lama-lama jadi benci sama seseorang.
Contoh self talk negatif:
Ketika baru tahap PDKT dengan seseorang, kamu udah bilang sama diri sendiri, “Aku harus bisa dapetin dia! Aku nggak boleh pasang salah strategi nih. Aku sih nggak mau nuntut, tapi aku pengin banget tahu, dia tuh anggep aku pacar bukan sih? Aku tuh siapa di mata dia, ya!?”
Mulailah lebih sadar dengan self-talk kamu sendiri.
Kalau kamu masih punya self talk negatif seperti itu, mendingan cepet-cepet sembuhin akar pahitnya. Karena bukannya happily ever after, malahan kamu akan ngarep selama-lamanya.
Cara pertama yang perlu kamu lakukan adalah mundur selangkah, lalu menyadari, kalau semua itu cuma ada di kepala kamu. Kalau belum ada bukti yang mendukung pemikiran kamu, bisa jadi itu hanya interpretasi saja. Bahkan sekalipun ada bukti, belum tentu hasil akhirnya seperti yang kamu pikirkan, kan?
Kalau kamu masih terjebak self talk seperti itu, ikutan kelas healing bareng Coach Anti dan Coach Lia, yuk. Ingat, kebahagiaan dan kesehatan mentalmu adalah yang utama.
Sekarang giliran kamu.
Bagaimana cara kamu berbicara dengan diri sendiri? Apakah kamu punya self talk tentang hubungan kamu sama dia? Tuliskan di kolom komentar, ya.
Save this for later!
Apakah post in bermanfaat dan menginspirasi buat kamu? Simpan di board kamu di Pinterest. Dan bagikan di social media-mu. That way, you’ll always have this info on hand!
Leave a Reply